Edi mengaku menyumbang Rp9 juta saat dibaiat NII. Untuk sumbangan ke pesantren Al Zaytun.
Kamis, 12 Mei 2011, 10:41 WIB
Elin Yunita Kristanti 
Bendera dan pendiri NII, Kartosoewirjo (Facebook)
VIVAnews - Di tengah maraknya isu Negara Islam Indonesia (NII), Polrestabes Surabaya tadi malam mengamankan dua orang pengikut NII. Mereka adalah Edi (23) asal Mojokerto dan Ayu (24) warga Gunung Pati, Jawa Tengah.
Keduanya berstatus masih mahasiswa. Edi, mahasiswa semester VI di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya dan Ayu, baru lulus dari jurusan elektronika Politeknik Negeri Semarang. Keduanya diamankan polisi dari tempat kos masing-masing di kawasan Jalan Nginden dan Jalan Ketintang, Surabaya.
"Mereka diamankan berkaitan dengan maraknya kasus rekrutmen mahasiswa untuk bergabung dengan NII," kata seorang sumber di Polrestabes kepada VIVAnews.
Sementara saat ditanya, Ayu mengaku, belum seminggu berada di Surabaya. Kata perempuan berjilbab itu, kedatangannya ke Surabaya bukan mencari anggota baru untuk rekrutmen NII, tapi mencari pekerjaan. "Saya memang bergabung di NII tiga tahun lalu, tapi untuk diri sendiri, bukan untuk disebarkan," kata dia, Kamis 12 Mei 2011.
Ia mengaku direkrut seseorang bernama Eko saat berusia 21 tahun dan duduk di semester V. Tapi siapa sebenarnya Eko, Ayu mengaku tak tahu. "Benar. Saya tak tahu apakah itu nama asli atau bukan. Alamatnya juga saya nggak tahu."
Menurutnya, dalam masa perkenalan itu, Eko terbilang kerap ke
kampusnya. Eko, sering memberi paparan tentang NII mulai visi dan misinya. "Dua hari saya dapat full paparan tentang NII dari Eko," akunya.
Dikatakan Ayu, dirinya tertarik masuk jaringan NII karena ajarannya yang mengajak kebaikan dan akhirat. Dia banyak diajarkan tentang keutamaan hijrah yang dianggap baik untuk berpindah dari NKRI ke keyakinan NII. "Bahwa, NII jauh lebih baik daripada NKRI. Apalagi, ajaran-ajarannya tentang kebahagian dunia akhirat," ungkap Ayu.
Ajaran NII, tambah dia, memberikan pemahaman tentang bagaimana membahagiakan orang tua. Sebab, untuk bisa membahagiakan orangtua tidak harus dengan harta dan tidak harus menjadi wanita berpangkat. "Saya diyakinkan, kalau masuk NII sudah bisa membahagiakan orang tua. Salah satunya dari tiga hal yang diajarkan NII adalah doa anak yang soleh yang selalu mendoakan orangtuanya," tuturnya.
Kata dia, masuk menjadi anggota NII sudah sama halnya dengan menjadi anak yang soleh. Dengan begitu, sudah bisa membahagiakan orangtuanya dunia dan akhirat.
Keduanya berstatus masih mahasiswa. Edi, mahasiswa semester VI di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya dan Ayu, baru lulus dari jurusan elektronika Politeknik Negeri Semarang. Keduanya diamankan polisi dari tempat kos masing-masing di kawasan Jalan Nginden dan Jalan Ketintang, Surabaya.
"Mereka diamankan berkaitan dengan maraknya kasus rekrutmen mahasiswa untuk bergabung dengan NII," kata seorang sumber di Polrestabes kepada VIVAnews.
Sementara saat ditanya, Ayu mengaku, belum seminggu berada di Surabaya. Kata perempuan berjilbab itu, kedatangannya ke Surabaya bukan mencari anggota baru untuk rekrutmen NII, tapi mencari pekerjaan. "Saya memang bergabung di NII tiga tahun lalu, tapi untuk diri sendiri, bukan untuk disebarkan," kata dia, Kamis 12 Mei 2011.
Ia mengaku direkrut seseorang bernama Eko saat berusia 21 tahun dan duduk di semester V. Tapi siapa sebenarnya Eko, Ayu mengaku tak tahu. "Benar. Saya tak tahu apakah itu nama asli atau bukan. Alamatnya juga saya nggak tahu."
Menurutnya, dalam masa perkenalan itu, Eko terbilang kerap ke
kampusnya. Eko, sering memberi paparan tentang NII mulai visi dan misinya. "Dua hari saya dapat full paparan tentang NII dari Eko," akunya.
Dikatakan Ayu, dirinya tertarik masuk jaringan NII karena ajarannya yang mengajak kebaikan dan akhirat. Dia banyak diajarkan tentang keutamaan hijrah yang dianggap baik untuk berpindah dari NKRI ke keyakinan NII. "Bahwa, NII jauh lebih baik daripada NKRI. Apalagi, ajaran-ajarannya tentang kebahagian dunia akhirat," ungkap Ayu.
Ajaran NII, tambah dia, memberikan pemahaman tentang bagaimana membahagiakan orang tua. Sebab, untuk bisa membahagiakan orangtua tidak harus dengan harta dan tidak harus menjadi wanita berpangkat. "Saya diyakinkan, kalau masuk NII sudah bisa membahagiakan orang tua. Salah satunya dari tiga hal yang diajarkan NII adalah doa anak yang soleh yang selalu mendoakan orangtuanya," tuturnya.
Kata dia, masuk menjadi anggota NII sudah sama halnya dengan menjadi anak yang soleh. Dengan begitu, sudah bisa membahagiakan orangtuanya dunia dan akhirat.
Bahkan, NII juga mengajarkan, Pancasila. "Tapi, Pancasila di NII lebih lengkap karena menggunakan naskah dan rumusan aslinya sebelum menjadi lima pasal sekarang ini," kata Ayu.
Secara terpisah, Edi menduga penangkapannya terkait NII. "Saya merasa, penangkapan saya terkait NII," kata dia. Ia mengaku sudah tiga tahun bergabung di kelompok ini. Ia sudah memberikan uang sebesar Rp9 juta saat dibaiat di Jakarta. "Itu ditujukan untuk sumbangan pembangunan di Al Zaytun, Indramayu," kata dia.
Menurutnya, di Surabaya banyak yang masuk NII. Namun, siapa yang merekrut mereka, Edi dan Ayu masih bungkam. Edi mengatakan, perekrut adalah seorang mahasiswa pascasarjana di perguruan tinggi di Surabaya. "Dia masih kuliah di S2," kata Edi. (eh)
Laporan: Tudji Martudji | Surabaya
Secara terpisah, Edi menduga penangkapannya terkait NII. "Saya merasa, penangkapan saya terkait NII," kata dia. Ia mengaku sudah tiga tahun bergabung di kelompok ini. Ia sudah memberikan uang sebesar Rp9 juta saat dibaiat di Jakarta. "Itu ditujukan untuk sumbangan pembangunan di Al Zaytun, Indramayu," kata dia.
Menurutnya, di Surabaya banyak yang masuk NII. Namun, siapa yang merekrut mereka, Edi dan Ayu masih bungkam. Edi mengatakan, perekrut adalah seorang mahasiswa pascasarjana di perguruan tinggi di Surabaya. "Dia masih kuliah di S2," kata Edi. (eh)
Laporan: Tudji Martudji | Surabaya
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar